Hari Ke-9 : Pantai Songdo - Taejongdae - Busan Kyungsung Hostel - Yonggungsa Temple - Pantai Haeundae


Assalamualaikum~

Hari ke-9 di Korea. Seperti biasa hari ini kita berdua bangun pagi, malah lebih pagi dari biasanya. Saya pernah baca kalau di Songdo Haesupia kita harus keluar sebelum jam 4 pagi. Dan entah mengapa saya baru menyadari kalau hal itu nggak masuk akal. Soalnya ketika kita pergi banyak yang masih asik tidur bahkan ada yang baru datang. Alhasil karena takut kena charge tambahan (biasa backpacker kere) kitapun gerak cepat. Setelah menyempatkan mandi tentunya, kitapun cuss.

Setelah mengambil barang-barang dan sepatu dari loker sepatu kitapun menuju resepsionis. Kami mengembalikan kunci loker, kemudian petugasnya nyecan gantungan kunci loker untuk ngecek kita semalam beli apa aja. Biaya sauna berdua 20 ribu won (untuk 2 orang) + es kopi 4000 won jadi total 24 ribu won.

Pantai Songdo
 
Saya lihat langit di luar masih gelap. Saya sempet nanya ke petugasnya pake bahasa Korea ala-ala saya i sigan beose isseoyo, jam segini ada bis? Yang kemudian dijawab obseo, tidak ada. Ya sudahlah. Pengalaman di Korea mengandalkan jalan kaki, kita jadi tegar meskipun nggak nemu angkutan umum dan harus jalan jauh. Kamipun berjalan menuju pantai Songdo.

Untuk menuju Pantai Songdo, kalian bisa naik bis nomor 7/30/96 (pilih salah satu) dan berhenti di halte pantai Songdo. Kelihatan kok pantainya dari halte jadi nggak akan kelewatan. Sebenarnya pantai ini lebih cocok untuk melihat sunset, padahal ngarepnya lihat sunrise. Dan saya baru tahu itu waktu nulis postingan ini. Nggak apalah biarlah pengalaman saya ini, jadi pelajaran buat kalian wkwkwkw

Oh iya sebelum mencapai Pantai Songdo, kita berhenti sebentar di convenient store buat sarapan. Convenient store udah kayak sahabat kita selama di Korea. Hahaha. Saya beli mie cup + nasi. Kitapun sarapan di depan convenient store sambil dilihatin ngelihatin orang lewat. Setelah perut kenyang dan badan agak angetan. Kita lanjut jalan kaki menuju Pantai Songdo.

Welcome to Songdo Beach

Pantai Songdo, langit masih gelap

Bangku yang disediakan di tepi pantai Songdo
Seperti yang terlihat, pantai ini sepi. Iyalah... siapa subuh-subuh gini ke pantai. Hihihi... Selain pengen lihat sunrise yang ternyata zonk, pertimbangan kami mengunjungi Pantai Songdo karena dekat dengan sauna tempat kita menginap. Jadi sekalian jalan gitu maksudnya. Coba kalau kita keluar dari sauna agak siang mungkin bisa lebih menikmati Pantai Songdo ini. Karena tempatnya nyaman, seperti yang terlihat disediakan bangku-bangku buat pengunjung untuk sekedar duduk dan menikmati pemandangan Pantai Songdo.

Tapi... ada tapinya. Di bangku-bangku yang saya foto ini banyak sekali sampah sisa makanan dan minuman. Sepertinya semalem ada yang nongki-nongki di sini. Tapi sayangnya sampahnya tidak dibuang di tempatnya dan dibiarin gitu aja. Sayang banget jadi kotor tempat duduknya.

Taejongdae
Petunjuk Arah : Bisa ditempuh dengan bis no 8/30/113 (dari Stasiun Nampo) atau bis no 88/101 (dari Stasiun Busan).

Untuk menuju Taejongdae, kalian tinggal pilih salah 1 no bis yang saya sebutkan di atas. Dari halte Pantai Songdo saya naik bis no. 30. Saya sangat sarankan sekali kalian belajar hangul sedikit-sedikit atau paling tidak kalian simpan nama lokasi tujuan kalian dalam bahasa Korea. Kemampuan baca hangul saya yang pas-pasan terbukti sangat berguna sekali waktu di Busan. Karena sistem transportasinya berbeda dengan di Seoul dimana hampir semua objek wisata bisa dicapai dengan subway. Sementara di Busan kebanyakan objek wisata harus dicapai dengan bis dan petunjuk/nama halte semuanya kebanyakan masih ditulis dengan hangul. Jadi ketika saya di halte, saya bisa membaca rute bis yang tersedia. Jadi saya bisa memastikan bis yang akan saya naiki sudah benar apa belum. Saya juga bisa memilih alternatif bis nomer lain yang ternyata juga melewati objek wisata tujuan saya.
Papan petunjuk nomor bis di Halte Yeongdo Bridge di Busan, full hangul. cr to : http://1.bp.blogspot.com
Seperti contoh papan di atas. Saya nggak bohong kan tulisannya full hangul :D. Kalau kalian bisa baca hangul, kalian akan tau selain bis no 8 dan 30 ternyata Taejongdae juga bisa ditempuh dengan bis no 66. Taejongdae merupakan pemberhentian terakhir jadi nggak usah khawatir kebablasan.


Kami sampai di Taejongdae sekitar pk. 6.26 KST.  Kami kebarengan sama bapak-bapak yang mau mancing. Ada bapak yang sempet nanya ke kita ancuwo?, nggak dingin? cuwo lah pak. Hahaha...Itu di Taejongdae brr.... bener-bener dingin. Setelah masuk area Taejongdae, setelah tanjakan saya lihat kereta semacam kereta kelinci kayak yang di pasar minggu itu.

Ternyata untuk keliling Taejongdae kita bisa naik kereta itu dengan sistem hop-on-hop-off sama seperti shuttle bis yang saya naiki waktu ke Garden of Morning Calm - Petite France - Nami Island . Namanya kereta Danubi. Dengan tarif 2000 won saja, kalian sudah bisa mengelilingi Taejongdae tanpa perlu capek-capek. Sayangnya kereta ini baru beroperasi pk. 09.30 KST sehingga kami mau nggak mau menelusuri Taejongdae dengan jalan kaki.

Semacam monumen(?) di area Taejongdae

Suasana di Taejongdae yang asri
Tiang lampu bukan tiang lampu biasa, ini tiang lampu korea :D

Pemandangan yang indah dari atas

South Port Viewing Point

Taejongsa Temple
Setelah  sampai di Taejongsa temple, temen saya bilang udah nggak kuat lanjut lagi. Emang sih jalannya lumayan jauh, menanjak dan belum lagi hawa dingin dan angin yang super kenceng. Akhirnya temen saya milih kembali dan nunggu di bawah sementara saya lanjut ke atas sendirian.


Kettle Island alias Pulau Teko/Poci

Saya memutuskan untuk mengakhiri perjalanan saya di Observatory. Selain capek, kasian temen saya entar masuk angin di bawah. Hihihi.... Kalau naik kereta Danubi, rute yang dilalui adalah : Platform→ Taejongsa Temple → Yeongdo Lighthouse → Observatory → Gumyeongsa Temple → Taewon Jagal Madang → Platform. Next time kalau ada rejeki ke Korea lagi dan ke Busan, pengen nyoba naik kereta ini mengelilingi Taejongdae sampai selesai.
Touchdown di Observatory
Narsis dulu berlatarkan laut dan tebing
Masih ingat bapak-bapak yang kita temui di Taejongdae yang mau mancing itu? Dari observatory saya lihat bapak-bapak lagi mancing di batu-batuan di bawah situ. Nggak takut apa ya? Padahal ombaknya gede banget.
Kelihatan nggak?

The Statue of Mother and Children
Ada kisah sedih di Taejongdae. Pertama saya melihat patung di atas, tidak ada yang aneh. Hanya patung ibu dan anak-anaknya. Tidak ada yang istimewa. Tapi setelah saya baca tulisan di bawahnya saya langsung mewek. Seperti yang terlihat, Taejongdae merupakan tebing dan di bawahnya itu merupakan laut dengan ombak yang cukup ganas dan banyak batu-batunya. Ternyata banyak yang lompat bunuh diri dari sini. Patung ini di buat agar mereka yang mau bunuh diri teringat pada ibu yang mengasihi mereka yang pasti bakal sedih kalau mereka bunuh diri sehingga mereka mengurungkan niat mereka.
Setelah rada mewek dan merenung (tiba-tiba kangen ibuk di rumah) akhirnya saya putar balik dan turun menemui teman saya. Sepanjang perjalanan balik, saya ketemu dengan bapak-bapak/ibu-ibu/muda-mudi yang jogging di sini. Di sinilah saya baru mengerti kenapa orang luar negeri bilang kalau Indonesia itu orangnya ramah.

Di Indonesia, kita kalo lagi jalan terus papasan sama orang, mau kenal apa nggak kan biasanya senyum ya atau paling nggak ngangguk dikit. Ini nggak berlaku sama mereka gaess... Saya terpaksa berkali-kali pura-pura senam mulut gara-gara orang yang saya senyumin cuman ngeliatin aja tanpa senyum balik. Wkwkwkwkw.

Perpaduan pepohonan, warna laut yang indah dan kabut, Subhanallah buagus banget

Jalanan Sepanjang Taejongdae yang sepi
Sepanjang jalan banyak pita seperti ini yang diikat di pohon, entah apa artinya
Di Taejongdae ini fasilitasnya lumayan lengkap. Dari kamar mandi sampai tap water semuanya ada. Bahkan di dekat Taejongsa temple ada toko yang jual makanan. Sayangnya pas saya ke sana masih tutup. Bayangkan betapa nikmatnya duduk-duduk menikmati pemandangan yang luar biasa ditemani kopi panas. Mantap! Ada juga teropong buat lihat pemandangan atau bahkan pulau kecil dari kejauhan itu. Tapi waktu saya coba yang teropong di observatory malah nggak kelihatan apa-apa. Saya bingung teropongnya yang rusak atau saya yang nggak ngerti cara pakainya :D

Saya ketemu 3 ABG cewek melewati jalan menurun di arah kiri saya. Karena penasaran sayapun ikut turun. Yaaa... buat sekedar numpang foto aja.
Hasil nguntit 3 ABG cewek tadi, nemu tempat ini buat narsis
Kalau mau turun ke bawah bisa langsung ke pantai
 

Busan Kyungsung Hostel

Saatnya untuk check in ke guesthouse dan melepas beban tas yang berat ini. Karena saya cuma tau Hostel ini dekat dengan stasiun Subway Kyungsung, maka saya harus menemukan cara agar bisa ketemu subway station. Berhubung di dekat Taejongdae nggak ada stasiun jadi pilihannya hanya bis. Untuk menuju stasiun busan / nampo, kita bisa naik bis 8/30/88/101 (pilih salah satu). Ingat untuk naik dari halte yang berlawanan dengan halte kedatangan tadi. Kalo naik dari halte yang salah, saya nggak ngerti kalian bakal terdampar dimana ini serius, suwer nggak becanda.

Sampai di Stasiun Kyungsung kita langsung ke bagian informasi buat nanya Busan Kyungsung Hostel ini letaknya dimana. Kita cuma tau hostel ini dekat dengan stasiun Kyungsung cuman posisi tepatnya dimana kita nggak tahu. Udah browsing juga nggak ketemu petunjuk arahnya yang detail. Kami langsung ke bagian informasi di stasiun Kyungsung. Berbekal alamat dalam hangul kami akhirnya digambarkan peta menuju guesthouse tujuan kami.

Tips buat kalian yang nanya petunjuk arah kayak kita. Jangan mau dikasih CU sebagai patokan. Sumpah itu CU bertebaran dimana-mana. Semacam indomar*t begitulah kalo di sini. Kita sempet bingung waktu belok. Di sini CU, agak sana dikit ada CU juga. Jadi yang bener belok di CU yang sini apa yang sana? Hahaha... Setelah dibingungkan oleh CU tadi akhirnya kita sampailah dipersimpangan jalan dimana kita yakin udah mengikuti jalan yang benar.

Kita udah mentok banget dan nyaris putus asa untuk nyari dimana posisi guesthousenya. Ketemulah 2 ABG cowok-cewek yang akhirnya ditanyain sama temen saya. Mereka niat banget bantuin sampe pakai GPS. Dan ekspresi mereka agak gimana gitu sambil lihat bangunan di kanan kita. Ternyata tempat yang kita cari tak lain dan tak bukan mengarah pada bar. BAR...B-A-R.
Penampakan depan bangunan yang kita cari. Credit to : Hostelworld.com
Seketika saya sama temen saya langsung  lemes. Masa' iya kita mau nginep di bar. Akhirnya kami memutuskan untuk ke mini market. Lah kok ke mini market? Wkwkwkw. Pertama, kita lapar. Kalau lapar kita nggak akan bisa berpikir jernih untuk mengambil langkah selanjutnya. Sambil makan mie cup, kita memutuskan untuk mencoba cari penginapan lain. Kebetulan di mini marketnya ada wifi gratis.

Setelah perut kenyang, barulah kita bisa berpikir lebih tenang dan tidak gegabah. Kita memutuskan untuk mengecek ke bar tadi. Kalau kita gak sreg sama tempatnya baru kita batalkan dan cari guesthouse lain. Kalau nggak dapetpun kita masih bisa tidur di sauna. Akhirnya kita masuk ke bangunan tadi terus naik lift ke lantai 4 ke bar namanya L-zone. Kita langsung disambut sama cowok Korea tinggi nan ganteng. Kegalauan kita tadi seketika menghilang. Hahahaha...

Jadi si ganteng ini namanya Mike Kim, yang punya bar sekaligus Busan Kyungsung Hostel. Jadi bar ini hanya merupakan meeting point baru nanti diantar ke tempat nginepnya. Kenapa diminta ketemu di sini? Selain bar ini lebih mudah dicari, ternyata hostel yang disewakan itu berupa 1 unit apartemen yang dia sewakan. Jadi kalau kita dikasih langsung alamat apartemennya pasti bakalan bingung.

Mike ngajak kita ngobrol udah kemana aja selama di Busan. Kita juga bilang berencana ke Haeundae dan Gwanggali. Kata Mike deket banget dari sini kalau mau ke 2 pantai itu. Mike juga menjelaskan daerah ini cocok untuk yang penyuka dunia malam, alkohol, pesta. Dia langsung ngelihat jilbab kita dan bilang but you probably won't enjoy it. Bingo Mike >.<
Bagian dalam L-zone
Setelah memberikan print out bukti booking, kami diminta nunggu karena kamarnya masih dibersihkan. Ternyata waktu kita makan mie cup di mini market tadi, si Mike itu lewat dan ngelihat kita. Katanya kita kelihatan lahap banget pas makan. Iya oppa... setengahnya laper, setengahnya galau. wkwkwkw. Karena waktu check in masih agak lama dan sayang kalau nggak dimanfaatkan, akhirnya kita memutuskan untuk lanjut jalan-jalan. Tas-tas kita titipin ke Mike. Kita sempet dikasih permen katanya buat bekal di jalan >.<

Yonggungsa Temple
Petunjuk Arah : Naik bus 181 turun di halte Yonggungsa

Karena sudah pengalaman kelaperan di jalan, akhirnya kita bawa ransum sebelum naik bis. Karena menurut yang saya baca, perjalanan menuju Yonggungsa Temple ini lumayan jauh (1 jam an lebih). Saya inget temen saya beli donat. Tapi saya lupa beli apa. wkwkwkw. Di perjalanan temen saya sempet  nanya Yonggungsa itu apa.

Temen saya : Yonggungsa itu tempat apa?
Saya : Temple
Temen saya : Ngapain ke temple lagi? Kita kan udah ke temple waktu di Seoul (Bongeunsa)

Percayalah meskipun Bongeunsa dan Yonggungsa sama-sama temple, tapi pemandangan yang disajikan berbeda. Yonggungsa merupakan temple yang berada di tepi pantai. Saya pernah googling gambar Yonggungsa, pemandangannya bagus banget. Yonggungsa adalah objek wisata yang paling saya antisipasi di Busan selain Taejongdae dan Gamcheon village (Hiks).

Bis 181 ini super duper crowded banget jadi kita terpaksa berdiri. Setelah sekitar 20 menitan mungkin, akhirnya ada bangku kosong 1. Saya yang disuruh duduk sama temen saya. Tak lama kemudian naiklah sepasang abg. Itu asli cowoknya guanteng banget. Padahal dia cuma pake kemeja putih sama celana putih.

Meskipun baru sehari di Busan, saya sudah bisa membandingkan antara cowok Seoul dan cowok Busan. Cowok Seoul itu cenderung lebih stylish bahkan kelewat stylish  menurut saya sampai kadang saya bingung itu baju yang dipakai model apa. Hahaha... Mereka juga cenderung lebih kemayu. Ngerti kemayu nggak sih? Pokoknya rada gemulai tapi nggak sampai kayak banci gitu. Gimana ya, susah njelasinnya. Saya bahkan ketemu beberapa yang pakai lipstick meskipun tipis-tipis.

Kalau cowok Busan....Gayanya masih dibatas wajarlah. Masih bisa diterima oleh saya yang nggak paham fashion. Dari cari ngomong dan gesturnya itu cowok banget nggak kemayu. Kalau ada yang nanya saya lebih suka cowok Seoul atau cowok Busan, saya lebih pilih cowok Busan. Tapi sayangnya nggak ada yang nanya. Hahahaha.... Seperti yang saya baca, ternyata perjalanan menuju Yonggungsa itu bener-bener jauuuh banget. Saya sampai ketiduran dan kebangun gara-gara kotak donat temen yang dititipin ke saya jatuh.

Bis akhirnya sampai juga di Yonggungsa. Akhirnya... Cowok kece tadi ternyata turun di sini juga. Seperti sebelumnya, kalau kita nggak tau jalan ikut aja kemana orang-orang berjalan. Hahahaha... Jalan dari Halte ke Yonggungsa cukup jauh. Tapi karena selama di Korea kita sudah terbiasa jalan kaki jadi udah nggak ngeluh lagi. Cuman jalan segini aja kecil. wkwkwkw.
Foto sama shio masing-masing, hayo tebak shio kita apa :D
Misi om, saya lagi poto >.<
Pagoda kayak yang di bungkus permen
Di dalam Yonggungsa ini ada semacam gua gitu. Untuk masuk ke sana kita harus menuruni tangga. Di dalamnya ada semacam sumber air. Pengunjung yang masuk ke gua itu minum air kemudian berdoa. Karena takut syirik saya nggak mau ikut-ikutan. Sayang saya nggak foto tempatnya.
Perjalanan mengeliling Yonggungsa, melewati semacam terowongan
Siap-siap ya kalau ke Yonggungsa, saya sarankan pakai sepatu yang enak dipakai. Pertama dari halte menuju Yonggungsa sendiri jalan kaki cukup lumayan jauh (nggak ada opsi lain kecuali bawa kendaraan pribadi). Kedua Yonggungsa, ini jalannya naik turun jadi siap-siap untuk menapaki ratusan anak tangga.
Penampakan anak tangga di dalam Yonggungsa

Menempuh perjalanan jauh dengan bis, jalan kaki dari halte yang lumayan jauh dan belum lagi anak tangga naik turun yang cukup menguras keringat.... semuanya terbayarkan dengan pemandangan ini. Pemandangan yang disajikan nggak tipu-tipu, sama indahnya seperti yang di google.
When the temple meets sea

Narsis dulu, asli girang banget itu muka saya wkwkwkw
Pemandangan temple yang langsung berbatasan dengan laut ini berada di sisi kiri saya. Sementara di sisi kanan saya ada semacam kendi, patung dan kolam. Di patung yang berada di tengah itu... banyak yang melemparkan uang receh ke dalam sana. Ada yang sekedar iseng, ada juga yang melemparkan koin dengan harapan apa yang mereka inginkan bisa dicapai kalau koinnya bisa masuk ke tengah. Bisa-bisa aja ya...
Patung, uang koin dan harapan
Narsis berlatarkan orang narsis
Oh iya di Yonggungsa ini kalian bisa turun juga lho ke batu-batuan yang berbatasan langsung dengan laut. Tapi jangan khawatir ada pagar pembatasnya jadi kalo kalian apes-apesnya kepleset nggak akan nyemplung ke laut kok. Hehehe... Di sana juga banyak kios yang jual camilan semacam oden, tteokpoki, dll. Jadi dijamin nggak akan kelaparan.

Patung emas, entah asli apa bukan
Sama seperti di Bongeunsa, saya banyak menemukan boneka biksu unyu-imut yang ditaruh disudut temple. Kadang ada di sela-sela bebatuan, kadang ada di bawah pohon. Lucuu... banget
Unyu-unyu.. wkwkwkw
Kiyeoptaaaa >.<
Ada yang beribadah sekalian jalan-jalan
Puas mengelilingi Yonggungsa, kamipun memutuskan untuk pulang. Di seberang patung shio tadi banyak orang yang ngantri foto di salah satu patung. Entah itu patung apa. Temen saya jadi penasaran ikut-ikutan foto. wkwkwkwk
Setelah ngantri akhirnya bisa foto juga
Di sepanjang jalan keluar Yonggungsa, banyak sekali kios pinggir jalan yang menjual berbagai macam barang. Mulai dari pernak-pernik, jajanan, bahkan boneka biksu yang kecil tadi juga ada. Kami sempat berhenti sebentar karena teman saya mau beli hotteok, semacam roti goreng bulat pipih yang isinya kacang, gula merah dan kayu manis. Ada camilan yang menarik perhatian saya yaitu cumi-cumi besar yang digoreng tepung kemudian ditusuk pakai lidi. Saya pengen beli tapi membayangkan ribetnya makan cumi segede itu sementara perjalanan kita masih jauh, akhirnya saya mengurungkan niat saya. Tapi sebelum pulang ke Indonesia, saya pengen beli cumi-cumi itu.

Pantai Haeundae
Petunjuk Arah : Naik bis 181 lagi tapi di halte yang berlawanan dari kita datang tadi

Haeundae merupakan pantai yang terkenal di Busan, Korea Selatan. Mengunjungi Busan sepertinya kurang greget kalau belum ke pantai ini. Saya ingat pernah nonton film korea dengan judul Haeundae yang dimainkan oleh aktris favorit saya Ha Ji Won.  Ini membuat saya sangat excited mengunjungi pantai ini. Seperti biasanya kami mengikuti kemana rombongan orang-orang berjalan untuk menuju tempat tujuan kami.

Sepanjang perjalanan menuju pantai Haeundae, banyak sekali restauran di kanan dan kiri jalan. Tak jarang juga kami menemukan penginapan. Tapi dengan letaknya yang strategis, dekat dengan objek wisata pantai Haeundae... kami bisa membayangkan harga sewanya yang bisa dipastikan mahal.



Tidak banyak yang bisa saya ceritakan dari Pantai Haeundae. Terus terang pantainya biasa saja menurut saya. Kalau wisata pantai, masih bagus yang di Indonesia lah ya menurut saya. Tidak banyak yang bisa kita lakukan juga di sana. Kita cuma duduk-duduk di pinggir pantai sama lihat orang pacaran. wkwkwkkw. Oh iya, saya pernah baca katanya di Pantai Haeundae banyak burung camar. Tapi saat itu saya nggak lihat satu ekorpun.

Akhirnya kita memutuskan untuk menyudahi perjalanan kami di pantai Haeundae, Ketika berangkat tadi kita menyusuri pertokoan di kanan jalan, sekarang kita menyusuri sisi kiri jalan biar beda pemandangannya. Kamipun berhenti sebentar karena mupeng banget lihat ice cream bungeoppang. Harganya kalau tidak salah antara 3000 won - 4000 won. Setelah es krimnya habis, kita memutuskan kembali ke L-zone untuk cek in.
Kurang lebih seperti ini penampakannya. Credit to : english.visitkorea.or.kr
Ketika kembali ke L-zone, Mike sudah menunggu kita. Kamipun diantar ke hostel. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Busan Kyungsung Hostel ini merupakan apartemen 1 lantai, tidak seperti Kimchee Guesthouse yang sampai berlantai-lantai. Kita juga tahunya waktu udah di sana.

Ini asli pengalaman baru banget buat saya yang tentunya menyenangkan. Fantasi saya ketika nonton drama Korea seolah terwujud waktu nginep di sini. Warning : Norak inside. Wkwkwkw.

Jadi untuk masuk ke apartemennya kita harus nekan password 4 kombinasi angka. Baru mau masuk saya udah senyam-senyum sendiri. Ini nih di drama korea biasanya artisnya kalo mau masuk rumah pencet-pencet beginian dulu.

Setelah masuk ke dalam, di sana di sediakan rak sepatu. Jadi ada ruangan khusus kecil gitu untuk melepas dan menyimpan sepatu di depan pintu. Di tempat melepas sepatu ini, lampunya akan otomatis menyala kalau ada orang. Kalau orangnya pergi, lampunya akan mati sendiri. Ini.... ini... Di drama-drama korea lampunya juga otomatis nyala/mati sendiri.

Mike ngasih tur singkat di dalam apartemen. Dibandingkan dengan penginapan kami di Seoul, yang di Busan ini sedikit lebih mahal. Itu karena di sini udah include sarapan. Kita juga dibolehkan pakai mesin cuci secara cuma-cuma. Tapi Mike bilang hati-hati pakai mesin cucinya, kalau rusak kita bakal diminta ganti rugi.
Common room, di luar jendela itu bisa dipakai untuk menjemur baju. Credit : Hostelworld.com
Ruang makan. Credit : Hostelworld.com
Kamar. Credit : Hostelworld.com
Tersedia loker juga dengan membayar uang deposit. Credit : https://media-cdn.tripadvisor.com
Dapur. Credit : https://media-cdn.tripadvisor.com
Gimana penampakannya. Not bad kan? Hostel ini merupakan yang termurah yang kita temukan di booking.com. Sayangnya entah karena alasan apa, kita sudah tidak bisa menyewa Busan Kyungsung Hostel ini melalui booking.com lagi. Tapi kalian masih bisa menyewa melalui hostelworld.com.

Ketika Mike menunjukkan kamar kami, temen saya sempet kaget karena ada laki-laki tidur di sana. Jadi kamar kami terdiri dari 3 ranjang susun. Kemudian ada 1 pintu lagi yang mengubungkan kamar kami dengan kamar yang lebih kecil berisi 1 ranjang susun dan kamar mandi. Mike juga memberikan kami 1 kantong plastik berisi selimut, kopi, teh, gula, selai, mentega, kupon diskon busan aquarium, peta busan dan ear-plug.

Setelah  Mike pergi, temen saya baru membahas kenapa kita sekamar dengan cowok. Itu kepala saya langsung rasanya kayak mau pecah. Jadi sebelum kami booking Busan Kyungsung Hostel ini, kami sudah memperdebatkan gara-gara semua kamar di hostel ini mix-dorm. Artinya cowok-cewek jadi 1. Itulah yang menyebabkan saya nggak mau nginep di sini. Temen saya ngotot mau nginep di sini karena pertimbangan harganya adalah termurah. Akhirnya saya ngalah. Makanya saya jadi rada emosi waktu dia nanya kenapa kok kita sekamar sama cowok. Kan situ yang milih!! Hahaha

Akhirnya kita mulai bongkar tas sambil sesekali ngelirik cowok yang tidur di kasur bawah. Rada horor waktu lihat cowok itu batuk-batuk terus bangun. Ternyata dia orang Korea. Kita cuma say hi aja tapi nggak kenalan. Makin lama batuknya makin parah. Karena kasihan akhirnya saya kasih obat flu yang saya bawa dari Indonesia sama donat temen saya buat dimakan sebelum minum obat. Setelah bebersih dan ganti baju, kita memutuskan untuk tidur. Ngantuk banget soalnya tadi pagi bangunnya kepagian :D

Saya bangun sekitar jam 7 malam. Itupun dibangunkan temen saya. Kita memutuskan untuk stay di hostel aja soalnya hari ini kita capek banget. Kita ngobrol sama temen sekamar yaitu cowok korea yang sakit tadi, sebut aja Si Om ya... karena umurnya seinget saya 40 tahunan. Wkwkwk. Kemudian ada 2 cowok Jerman yang menempati kamar lebih kecil yang dekat kamar mandi tadi. Si Om tadi cerita ke 2 cowok Jerman tadi kalau dia terharu banget waktu kita kasih obat tadi. You're welcome, Ahjusshi...

Ternyata 2 cowok Jerman itu brondong banget. Dia bilang ke kita kalau umur dia udah 20-sekian. Terus Si Om itu bilang kalau dia ternyata masih umur belasan dan baru lulus SMA. Dia ngakak waktu saya bilang dia tukang ngibul. Wkwkwkw.. Katanya sih di Jerman udah kayak tradisi gitu. Jadi abg yang baru lulus SMA biasanya traveling ke luar negeri.

Cowok Jerman yang bohong masalah umur ke kita itu tertarik sama programming. Kalau yang satunya saya nggak nanya tapi dia bisa b-boy dan balet! Dia sempet pamer muter-muter gitu ke kita. Wkwkwk.. Si om Korea tadi nanya-nanya umur dan kota asal kita. Dia bilang bahasa saya sama temen saya itu lucu. Saya bilang sama dia kalau kita ini ngomong pakai bahasa daerah bukan bahasa Indonesia.

Beberapa kali saya melontarkan kata-kata dalam bahasa Korea dan si om kaget kok saya ngerti ini, ngerti itu. Ini efek kebanyakan nonton drama sama reality show Korea. Si Om nanya Boyband favorit saya siapa dan saya jawab dia nggak bakalan ngerti. Dia ngotot nanya... dia kira saya bakal jawab Suju atau Exo, boyband sejuta umat. Ketika saya jawab VIXX si om cuma gedek-gedek. Udah saya duga Om nggak bakalan tau. Hahaha... Malam itu kita tutup dengan nonton The Producer yang memang sedang diputar di Korea.

Karena belum makan malam, akhirnya kita memutuskan keluar sambil cari apalah yang bisa dimakan. Agak kaget lihat pemandangan malam di sekitar hostel ini. Ternyata di sini kawasan ajeb-ajeb seperti kata Mike. Banyak yang bergerombol sambil minum alkohol, musik ajeb-ajeb juga terdengar di berbagai penjuru. Akhirnya ketemu juga orang jual oden dan tteokpoki gak jauh dari sana.
Late Night Snack
Setelah kenyang kita memutuskan untuk balik ke hostel. Di perjalanan balik, saya lihat ada kakek tua jual dalgona/Bbobgi. Dalgona merupakan campuran dari gula + baking soda yang dicairkan kemudian dicetak. Kasihan lihat kakeknya gak laku. Tapi emang seperti salah tempat gitu, mana laku jualan dalgona di situ. Akhirnya saya beli karena selain kasian juga penasaran. Dan rasanya... gak enak banget. Pahit >.<
Penampakan Dalgona/Bbobgi. Credit to : http://www.dreamersradio.com
Sekian postingan saya untuk hari Ke-9 di Korea. Postingan selanjutnya akan membahas pengalaman hari terakhir kita di Korea

Komentar

Postingan Populer